Mushoku Tensei (Indonesia):Volume 1 Bab 4

Baca Mushoku Tensei (Indonesia):Volume 1 Bab 4 Nama ayahku adalah Paul Greyrat. Dan nama ibuku adalah Zenith Greyrat. Namaku Rudeus Greyrat. Putra

Bagian 1

3 tahun.  

Baru-baru ini, akhirnya aku tahu nama orang tuaku.

Nama ayahku adalah Paul Greyrat.

Dan nama ibuku adalah Zenith Greyrat.

Namaku Rudeus Greyrat.

Putra tertua dari keluarga Greyrat.

Meskipun aku bernama Rudeus, orang tuaku selalu mempersingkat nama ketika memanggil anggota keluarga lainnya, sehingga mereka hanya memanggilku Rudi. Karena itulah, aku baru tahu nama lengkapku setelah sekian lama.

 

Bagian 2

"Oh Rudi, kau benar-benar menyukai buku."  

Ketika aku berjalan-jalan sambil membawa buku, Zenith pun selalu tertawa saat melihatnya.  

Mereka tidak pernah mengonel padaku, ataupun mengambil buku-bukuku.  

Aku selalu menyelipkan buku di bawah ketiakku, bahkan saat makan. Namun, aku tidak pernah membaca buku sihir di depan keluargaku  

Aku melakukannya bukan untuk menyembunyikan bakatku. Hanya saja, aku belum tahu bagaimana orang-orang memandang sihir di dunia ini.  

Dalam duniaku sebelumnya, para penyihir dibasmi selama Abad Pertengahan.  

Perapalan mantra selalu dianggap sebagai ajaran sesat, dan mereka pun dibakar hidup-hidup.  

Ada buku-buku praktis yang membahas sihir di dunia ini, sehingga mungkin saja penggunaan sihir tidak dianggap sebagai suatu tindakan yang sesat, tapi tetap saja aku belum melihat pandangan orang lain secara keseluruhan.  

Mungkin pemahaman umum adalah, sihir hanya dapat digunakan setelah seseorang menjadi dewasa.  

Karena bagaimanapun juga, sihir adalah tindakan berbahaya yang akan menyebabkan penggunanya pingsan setelah kelelahan.  

Beberapa orang mungkin berpikir bahwa sihir adalah suatu halangan bagi balita untuk tumbuh berkembang.  

Dengan pemikiran sepertiitu, aku memutuskan untuk tetap merahasiakan sihir yang sedang kupelajari dari kedua orang tuaku.  

Atau mungkin saja mereka sudah lama mengetahui rahasia ini, karena aku pernah menembakkan peluru sihir ke luar jendela.  

Aku pun tak punya banyak pilihan. Pokoknya, aku ingin tahu seberapa cepat aku bisa menembakkan sihir.  

Si Maid (sepertinya namanya adalah Lilia) sesekali menatapku dengan ekspresi khawatir di wajahnya, tapi sepertinya orang tuaku tidak terlalu mempermasalahkannya, jadi kupikir itu baik-baik saja.  

Jika aku berhenti di sini, apa boleh buat, tapi aku tidak ingin kehilangan masa pertumbuhanku.  

Bakat akan meredup ketika seseorang mencegah pertumbuhannya.  

Aku harus memanfaatkan periode ini sebaik-baiknya.

 

Bagian 3

Namun, aku harus terus merahasiakan latihan sihir ini sampai akhir.  

Pada suatu sore hari tertentu.

Kapasitas Mana-ku telah tumbuh cukup baik, jadi aku mulai mencoba beberapa mantra level menengah. Aku ingin coba-coba menembakkan meriam air.  

Ukuran: 1, Kecepatan: 0.  

Seperti biasa, aku ingin melakukannya hanya untuk mengisi air pada tong.  

Aku mengira bahwa, aku bisa mengisi tong itu sampai penuh, bahkan sampai meluber.

Tapi tiba-tiba, sejumlah besar air dilepaskan, menabrak tembok, sehingga membuat lubang besar di sana.

Karena seketika terkejut, aku pun tidak sanggup melakukan apa-apa.

Sebuah lubang menganga di dinding adalah bukti jelas bahwa aku telah belajar menembakkan sihir.

Dan aku pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyembunyikannya.

Aku menyerah seketika.

"Apa yang terjadi!? Whoa ........ "

Yang pertama datang menghampiriku adalah si ayah, Paul.

Kemudian, dia menatap dinding dengan mulut ternganga.

"Tunggu....hei, apa .......... Rudi, kamu baik-baik saja ......?"

Paul benar-benar pria yang baik.

Tidak peduli bagaimana orang melihatnya, pasti akulah orang yang telah melakukan ini semua.

Namun, dia malah mengkhawatirkan aku.

"Monster ...? Tapi di sekitar sini?” Bahkan sekarang pun, dia masih saja menggumamkan hal-hal seperti itu, sambil melihat sekeliling dengan hati-hati.

"Astaga..."

Dan Zenith mengikutinya masuk ke ruangan.

Dia lebih tenang dari sang ayah.

Setelah melihat dinding hancur dan genangan air di lantai,

"Oh ...?"

Matanya menajam ketika dia melihat lembaran buku sihir yang kubiarkan terbuka.

Setelah melihatku dan buku tersebut, ia berjongkok di depanku, dan menatap mataku dengan ekspresi lembut.

Mengerikan.

Tidak ada senyum di matanya.

Dan sebisa mungkin, aku menatap Zenith dengan mata memelas.

Aku belajar ini ketika masih menjadi NEET. Ketika kau melakukan sesuatu yang salah, sikap keras kepala hanya akan membuat berbagai hal menjadi semakin buruk.

Oleh karena itu, aku tidak bisa menghindari tatapan matanya.

Ini adalah saat ketika sikap tulus dibutuhkan.

Aku tidak bisa memalingkan pandangan dari tatapan mata seseorang, dan aku harus menatap wajah mereka secara langsung. Ini saja akan membuat aku terlihat lebih tulus.

Tidak peduli apa yang orang pikirkan. Tujuan utamaku adalah menampilkan ekspresi setulus mungkin.

"Rudi, apakah kau membaca keras-keras apa yang tertulis di buku ini?"

"Maafkan aku."

Aku mengangguk, dan meminta maaf.

Ketika telah melakukan kesalahan, hal yang terbaik adalah meminta maaf dengan segera.

Bagaimanapun juga, dalam situasi seperti ini, tak mungkin ada orang lain yang dituduh melakukannya.

Jika aku mengucapkan kebohongan murahan pada mereka, maka kepercayaan mereka akan turun.

Aku berbohong semauku di masa lalu, dan hasilnya, tak seorang pun mempercayaiku.

Aku tidak akan membuat kesalahan yang sama lagi.

"Tidak, tunggu, ini adalah level menengah ......"

"Kyaa! Kau dengar itu, sayang !? Bagaimanapun, anak kita adalah seorang jenius!!”

Kata-kata Paul tenggelam oleh jeritan Zenith.

Dia meraih tangan Paul dan melompat dalam suka-cita.

Betapa energik wanita satu ini.

Apakah permintaan maafku diabaikan?

"Tidak, kau, erm, bahkan aku pun belum pernah mengajarinya kata-kata!"

"Ayo kita menyewa tutor privat sekarang!! Anak ini akan menjadi penyihir yang luar biasa di masa depan!!”

Paul masih kebingungan, sementara Zenith benar-benar senang.

Sepertinya Zenith kegirangan setelah melihat fakta bahwa aku bisa menggunakan sihir.

Mungkin aku terlalu khawatir ketika berpikir bahwa anak-anak seharusnya tidak menggunakan sihir.

Lilia tetap tenang, sembari dia membersihkan kamar tanpa suara.

Maid ini mungkin sudah lama tahu bahwa aku menggunakan sihir, atau dia sudah punya firasat bahwa aku bisa menggunakan sihir.

Mungkin menurutnya itu bukanlah suatu hal yang buruk, sehingga dia tidak begitu histeris.

Atau mungkin dia hanya ingin melihat wajah bahagia dari orang tuaku.

"Hei sayang, pergilah ke Roa besok, dan pasang pengumuman tentang lowongan pekerjaan!! Bakat ini harus terus dilatih!!"

Zenith masih saja histeris dengan dirinya sendiri, dia bahkan mengira aku adalah semacam anak jenius.

Apakah aku dianggap jenius karena tiba-tiba mampu melepaskan sihir?

Sejauh itukah rasa sayang orang tua terhadapku? Ataukah seorang balita yang bisa menggunakan sihir tingkat menengah dianggap begitu luar biasa di dunia ini? Aku masihlah tak tahu apa-apa.

Tidak, sepertinya orang tuaku saja yang kelewat menyayangiku.

Aku tidak pernah menggunakan sihir di depan Zenith sebelumnya

"Aku kira itu benar." Tapi karena dia berkata begitu, mungkin dia benar-benar menganggap bahwa aku adalah seorang jenius.

Ini sebenarnya adalah suatu asumsi yang tak berdasar .......

Ah, tidak.

Aku tiba-tiba teringat.

Karena aku selalu sendirian.

Ketika aku sedang membaca, aku terkadang mengulangi frase yang kusukai.

Dan sejak aku datang ke dunia ini, aku sering bergumam sendiri ketika membaca buku.

Awalnya aku menggunakan bahasa Jepang, tapi setelah aku belajar bagaimana cara berbicara, aku sengaja menggunakan bahasa dunia ini.

Dan kemudian, ketika aku bergumam pada diri sendiri, "Rudi, itu -----" Zenith akan mengajariku arti dari kata-kata tersebut.

Karena itu, aku cukup ingat tentang kaidah-kaidah dasar dunia ini. Yahh, lupakan itu.

Aku tidak pernah mengatakan apapun pada siapapun, tapi aku belajar huruf dunia ini sendirian.

Orang tuaku bahkan tidak mengajari bagaimana caranya berbicara.

Dari sudut pandang orang tuaku, seakan-akan mereka bilang : "Anak kita bisa membaca kata-kata yang belum pernah kita ajarkan, dan membaca buku itu dengan keras. Dia pasti jenius.”

Jikalau aku punya anak seperti itu, tentu saja aku juga akan menganggapnya jenius.

Di masa lalu, hal yang sama terjadi ketika adikku lahir.

Dia tumbuh dengan cepat, dan melakukan segala sesuatu lebih cepat daripada aku dan kakakku.

Dia lebih cepat belajar tentang berbicara, dan juga berjalan dengan menggunakan kedua kakinya.

Itu membuat kedua orang tuaku optimis; setiap kali anak-anak mereka melakukan sesuatu, walaupun itu tidak terlalu hebat, mereka akan mengatakan "Anak itu pasti jenius"

Yah, aku hanyalah seorang NEET terkutuk yang putus sekolah semenjak SMA, dan mentalku saat ini di atas pria berusia 30 tahun.

Tanpa banyak pengalaman, aku hanya bisa hidup sengsara.

Itu 10 kali! 10 Kali!

"Sayang, dapatkan tutor secepatnya!! Kita pasti akan menemukan guru sihir yang baik di Roa!!”

Ketika orang tau tahu bahwa anaknya berbakat, maka mereka pasti akan segera memberikan yang terbaik untuk anak tersebut, agar bakatnya semakin berkembang.

Dalam kehidupanku sebelumnya, orang tuaku selalu memuji bakat adikku, dan membiarkan dia belajar segala macam hal.

Yang terjadi di dunia inipun tidaklah banyak berbeda, Zenith menyarankan untuk menyewa seorang penyihir untuk menjadi tutor privat.

Tapi Paul keberatan dengan ide ini.

"Tunggu, bukankah kita sudah sepakat jika anak kita laki-laki, maka dia akan menjadi seorang Swordsman kelak?"

Jika anak mereka terlahir sebagai laki-laki, maka mereka akan mendidiknya untuk menjadi seorang Swordsman. Jika perempuan, maka mereka akan memperbolehkannya belajar sihir.

Tampaknya mereka telah membuat keputusan seperti itu sebelum aku dilahirkan.

"Tapi dia bisa mengaktifkan mantra level menengah pada usia sekecil ini!! Jika ia mulai pelatihan sekarang, maka dia akan menjadi penyihir yang luar biasa!!”

"Tapi janji adalah janji, kan !?"

"Janji apa!? Bukankah kau juga sering melanggar janjimu!?”

"Itu tidak ada hubungannya dengan ini, ‘kan!?"

Dan, sebuah pertengkaran dalam rumah tangga pun pecah.

Lilia dengan tenang masih saja membersihkan kamar.

"Biarkan dia belajar sihir sejak dini, dan belajar ilmu berpedang ketika sudah besar nanti. Tidakkah itu adil bagimu?”

Setelah pertengkaran itu bertahan untuk sementara waktu, Lilia akhirnya selesai bersih-bersih, dia mendesah, dan menyarankan untuk menyudahi adu argumen di antara mereka berdua.

Dan, kedua orang tua tolol ini pun menyuruhku belajar tanpa mengetahui apakah minatku yang sebenarnya.

Baiklah. Aku tidak masalah dengan itu, karena aku memang sudah memutuskan untuk hidup dengan serius di dunia ini.

 

Bagian 4

Dan karena alasan tersebut, rumah tangga kami memutuskan untuk menyewa seorang tutor.

Tampaknya gaji seorang guru privat untuk anak bangsawan cukuplah tinggi.

Paul adalah salah seorang dari beberapa ksatria di daerah ini, dan masih memiliki status sebagai bangsawan kelas rendah. Dengan demikian, dia mampu membayar gaji yang pantas untuk si tutor.

Tapi ini adalah wilayah desa yang jauh dari ibukota.

Karena tempat ini adalah daerah perbatasan, maka sangatlah susah untuk mendapatkan tenaga pengajar yang mahir.

Apakah mereka dapat mempekerjakan seseorang hanya dengan mengirimkan permintaan ke Guild Sihir dan Guild Petualang?

Meskipun aku memiliki kekhawatiran seperti itu, hal yang tak terduga adalah, ternyata kami dapat menemukan tutor dengan cepat, dan calon guruku pun akan datang besok pagi.

Desa ini tidak memiliki penginapan, sehingga lowongan pekerjaan itu menyertakan fasilitas berupa tempat tinggal bagi si tutor.

Menurut dugaan orang tuaku, calon guruku mungkin adalah seorang pensiunan petualang.

Orang-orang muda tidak akan mau datang ke pedesaan, dan seorang penyihir istana bisa dengan mudah mencari pekerjaan di ibukota.

Di dunia ini, hanya penyihir yang telah menguasai sihir kelas lanjut atau lebih tinggi, yang boleh menjadi seorang tutor.

Itu artinya, level petualang ini mungkin di atas level menengah.

Yang datang mungkin adalah seorang pria setengah baya, atau bahkan kakek tua yang menghabiskan hidupnya untuk meneliti sihir.

Orang itu mungkin memiliki jenggot, dan tampak bijaksana.

"Aku adalah Roxy. Mohon bantuannya. "

Tapi, bertentangan dengan bayanganku sebelumnya, guru yang datang malah seorang gadis muda belia.

Dia mungkin seusia siswa SMP.

Dia mengenakan jubah penyihir coklat, memiliki rambut berwarna biru muda yang dikepang, dan tubuh yang sesuai dengan umurnya.

Kulitnya putih bersih, sama sekali tidak ada noda kecoklatan akibat sengatan sinar matahari, dan dia menatap kami dengan mata-setengah-mengantuk. Dia memiliki bibir yang mungil, dan meskipun dia tidak berkacamata, dia kelihatan seperti seorang gadis yang suka menghabiskan waktu bekerja di perpustakaan.

Dia memegang tas pada satu tangan, tangan lainnya memegang tongkat yang biasa digunakan oleh penyihir pada umumnya.

Dan dengan demikian, ia bertemu dengan kami bertiga di rumah ini.

"......"

"......"

Orang tuaku melihat ke arahnya tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Pantas saja.

Karena kami sama sekali tidak mengira bakal mendapatkan tutor seperti ini.

Kami membayangkan seorang guru sihir tua yang sudah peyot.

Tetapi orang yang datang adalah gadis muda seperti ini.

Bagiku, yang telah memainkan banyak game, penyihir loli seperti itu bukan sesuatu hal yang luar biasa.

Loli, dengan mata setengah mengantuk, dan kepribadian yang sepertinya kasar.

Dengan 3 kualitas ini, dia begitu sempurna.

Kumohon jadilah istriku.

"Ah-ah, apakah kau adalah.... si tutor itu?"

"Ah, itu, sebenarnya......."

Ketika kedua ortuku tergagap, aku dengan cepat menambahkan.......

"Kau benar-benar kecil."

"Aku tidak ingin mendengarnya darimu."

Aku segera dibantah.

Mungkin dia memiliki sindrome tentang hal itu.

Namun, yang kumaksud bukanlah dadanya.

Roxy mendesah.

"Hah. Apapun itu, yang manakah murid yang akan kuajari?”

Dia melihat sekeliling sembari bertanya,

"Ah, anak inilah dia."

Zenith memperkenalkan aku, yang berada di pelukannya.

Aku memberinya kedipan mata. [1]

Dan ia segera melebarkan matanya, dan melepaskan desahan,

"Haaa. Sudah kuduga ini akan terus terjadi, huh, selalu ada orang tua yang berpikir bahwa anaknya punya bakat, setelah melihatnya tumbuh sedikit saja ... "

Dia diam-diam menggerutu seperti itu.

Aku mendengarnya!! Nona Roxy !!

Yah, meskipun begitu... aku sangat setuju sih dengan omongannya.

"Kau bilang apa?"

"Tidak ada. Namun, aku berpikir bahwa anak kalian tidak memahami konsep sihir, ‘kan?”

"Tidak apa-apa. Rudi kami sangatlah berbakat !!”

Zenith mengatakan hal mainstream yang akan selalu dikatakan orang tua bego pada umumnya.

Roxy mendesah lagi.

"Haa, aku mengerti. Aku akan mencoba yang terbaik. "

Mungkin dia merasa bahwa tidak akan berguna jika dia berkata lebih banyak.

Dan dengan demikian, telah diputuskan sejak pagi ini, bahwa Roxy akan memberikan pelajaran untukku, dan sewaktu sore, Paul akan memberiku pelajaran tentang berpedang.

 

Mushoku Tensei (Indonesia)

Bagian 5

"Nah, mari kita mulai dari buku sihir ...... Tidak, sebelum itu, mari kita menguji seberapa banyak sihir yang dapat kau gunakan, Rudi. "

Untuk pelajaran pertama, Roxy membawaku ke halaman.

Sebagian besar pelajaran sihir dilakukan di luar ruangan.

Dia sangat paham apa yang akan terjadi jika sihir digunakan di dalam rumah.

Dan dia tidak akan merusak dinding seperti yang kulakukan.

"Biarkan aku menunjukkannya padamu. Limpahkan perlindungan air di tempat yang engkau inginkan, biarkan kristal air bersih mengalir di sini,WATER BALL. "

Ketika Roxy membacakan mantra, peluru air seukuran bola basket terbentuk di tangannya.

Gumpalan air itu terbang menuju salah satu pohon dengan kecepatan tinggi.

Klash.

Ranting-ranting pohon langsung patah, dan pagar basah kuyup.

Ukuran 3, kecepatan 4. Kalau aku boleh menilai, mungkin seperti itu kisaran sihirnya.

"Bagaimana dengan itu?"

"Ya. Itu adalah pohon yang ditanam ibuku dengan penuh kasih sayang. Kupikir dia akan marah nanti."

"Eh!? Sungguh?"

"Sungguh."

Paul pernah mengayunkan pedangnya, lantas memangkas ranting-ranting pohon itu. Zenith pun marah besar, dan itu bukanlah teror sembarangan.

"Bukankah ini buruk? Aku harus memikirkan sesuatu ..... !!”

Roxy dengan panik berlari ke pohon, dan mengambil ranting yang jatuh.

Dan dengan wajah memerah, dia pun mengambil ranting-ranting tersebut.

"Uu .... biarkan kuasa Dewa mengubahnya menjadi tanaman yang melimpah, dan limpahkan pada sesuatu yang telah kehilangan kekuatannya untuk bangkit sekali lagi, HEAL"

Mantra lainnya.

Dan ranting-ranting pun kembali ke keadaan semula.

"Fiuh."

Wow. Menakjubkan.

Apapun itu, aku harus memujinya.

"Fiuh."

"Guru, kau tahu bagaimana menggunakan sihir penyembuhan!!?"

"Eh, ya. Aku tidak punya masalah dalam menggunakan sihir penyembuhan sampai level menengah. "

"Kereeeeen!! Itu kereeeen sekali!!"

"Tidak, jika kau berlatih dengan baik, maka kau pasti bisa melakukannya sampai sejauh itu."

Meskipun tanggapannya terkesan jutek, tapi aku bisa melihat bahwa sudut-sudut bibirnya melengkung ke atas, dan hidungnya berkedut ketika dia menghembuskan napas penuh kepuasan. Ya, dia bangga, dan dia senang setelah mendapatkan pujian dariku.

Aku hanya berteriak "keren" dua kali, dan dia sudah sebahagia ini. Itu terlalu mudah.

"Nah, Rudi. Cobalah."

"Baik."

Aku mengangkat tanganku .......

Ups, aku belum pernah menggunakan mantra peluru air selama hampir setahun. Sekarang aku tidak bisa mengingatnya.

Mari kita coba apa yang baru saja dikatakan oleh Roxy, Erm, erm,

"Mm, gimana bunyi mantranya tadi?"

"Limpahkan perlindungan air di tempat yang engkau inginkan, biarkan kristal air bersih mengalir di sini. "

Roxy menjawab dengan acuh tak acuh. Mungkin dia sudah menduga bahwa aku lupa mantranya.

Tetapi walaupun kau menjawab dengan begitu tak acuh, aku masih saja tidak bisa mengingatnya dalam sekali percobaan.

"Limpahkan perlindungan air di tempat yang engkau inginkan ....... water ball."

Aku benar-benar tidak bisa mengingatnya, jadi aku hanya mempersingkat mantra itu.

Aku membuat bola air yang sedikit lebih kecil dan lamban daripada yang dibuat oleh Roxy.

Jika aku membuatnya lebih besar daripada miliknya, dia mungkin akan cemberut.

Aku sangat murah hati ketika berhadapan dengan gadis-gadis muda.

Namun, ternyata muncul gumpalan air seukuran bola basket yang terbang dengan kekuatan tinggi, beserta deruan.

Dan pohon pun tumbang dengan suara retakan yang keras.

Roxy menatapku dengan wajah bingung.

"Kau mempersingkat mantranya?"

"Ya."

Apakah itu buruk?

Kalau dipikir-pikir, mantra tanpa suara memang tidak pernah diajarkan pada buku sihir.

Tapi aku sudah cukup biasa menggunakannya, apakah aku melakukan suatu hal yang tabu?

Ataukah dia marah karena 10 tahun terlalu dini bagiku untuk menggunakan mantra tanpa suara......

Dalam kasus ini, akan lebih baik jika aku tidak mengatakan hal-hal seperti, Gimana tuh, siapa yang mau merapalkan mantra panjang kayak gitu?

"Apakah kau sudah biasa mempersingkat mantra?"

"Biasanya ...... aku malah tidak merapalkannya."

Aku tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu, jadi aku hanya mengatakan yang sebenarnya.

Namun, cepat atau lambat dia akan mengetahuinya karena aku akan selalu mendapatkan pelajaran sihir dari gadis ini.

"Mantra tanpa suara!?"

Roxy membelalakkan matanya, dan memandangku dengan tatapan skeptis.

"......Aku paham. Jadi kau biasanya menggunakan mantra tanpa suara. Aku paham, aku paham. Apakah kau cepat merasa lelah?”

Namun, ia segera kembali ke ekspresi formalnya.

"Ya. Aku masih baik-baik saja sih."

"Begitukah? Aku tidak mempermasalahkan tentang ukuran dan kekuatan peluru."

"Terima kasih banyak."

Roxy akhirnya memberikan senyum.

Sebenarnya itu lebih mirip seperti seringai yang besar.

Dan dia bergumam,

"...... Sepertinya, dia memang cukup layak diajari, ya?"

Hei, aku bisa mendengarnya.

"Nah, mari kita segera mempelajari mantra berikutnya ..."

Roxy tampak agak bersemangat, dan ketika dia hampir membuka lembaran buku pelajaran sihirnya,

"AHHHH !!!"

Sebuah teriakan meledak di belakangku.

Itu adalah suara Zenith, yang datang untuk memeriksa kami.

Minuman di atas nampan yang dia pegang jatuh ke tanah, dan tangannya menutupi mulut saat ia menatap pohon yang sudah tumbang.

Ekspresi sedih muncul di wajahnya.

Tak lama berselang, kesedihan itu berubah menjadi murka.

Ah, ini buruk.

Zenith melesat untuk mendekati Roxy.

"Nona Roxy !! Kumohon jangan memperlakukan rumah kami sebagai laboratorium percobaan!!"

"Ehh !! Tapi Rudi lah yang melakukannya ...... "

"Walaupun Rudi yang melakukannya, kaulah yang memberikan dia ijin, ‘kan!?"

Roxy tampak seperti disambar petir, dia benar-benar terkejut, matanya kosong, dan dia hanya bisa menundukkan wajahnya.

Yahh, kau tidak bisa menyalahkan balita berumur 3 tahun.

"Ya, Anda benar."

"Aku harap ini tidak akan terjadi lagi !!!"

"Ya, aku sangat menyesal, nyonya ......"

Lantas, Zenith melepaskan sihir penyembuhan untuk memperbaiki pohon itu sekali lagi, kemudian dia kembali ke dalam rumah.

"Sepertinya, aku begitu cepat membuat kesalahan ......"

"Guru..."

"Haha, aku mungkin akan dipecat besok."

Roxy duduk di tanah dan mulai menggambar .*

Dia benar-benar tidak bisa menerima suatu kesalahan pun.

Aku menepuk bahunya.

"........."

"Rudi?"

Meskipun aku menepuk bahunya, aku tidak tahu harus berkata apa untuk menghiburnya, karena aku tidak pernah berkomunikasi dengan baik pada siapa pun selama hampir 20 tahun.

Maaf, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku katakan saat ini ...

Tidak..... tenanglah.

Pikirkan hal ini dengan hati-hati. Bagaimana cara seorang protagonis dalam ero-game mencoba untuk menghiburnya dalam situasi seperti ini.

Hmm, aku yakin itu adalah sesuatu seperti ini.

"Kau masih belum gagal, guru."

"Ru-Rudi ...?"

"Kau hanya mendapatkan pengalaman buruk."

Roxy menatapku dengan heran.

"I-itu benar. Terima kasih."

"Ya. Silakan lanjutkan pelajarannya. "

Dan, sejak saat itu, aku semakin akrab dengan Roxy.

 

Bagian 6

Sekitar sore hari, setelah berlatih dengan Paul.

Tidak ada satu pun pedang kayu yang pas dengan ukuran tubuhku, jadi pada dasarnya, pelatihannya adalah tentang kemampuan fisik.

Jogging, push-up, sit-up, dan sebagainya.

Pokoknya, sepertinya rencana Paul adalah agar diriku lebih banyak bergerak terlebih dahulu.

Pada hari-hari ketika Paul tidak dapat melatihku karena sibuk bekerja, aku harus tetap meneruskan latihan, karena latihan fisik adalah sesuatu yang perlu dikerjakan secara rutin.

Di duni inipun demikian.

Aku akan mencoba yang terbaik.

Sebagai seorang anak, tubuh fisikku tidak tahan jika harus mengikuti porsi latihan sepanjang sore, jadi latihan berpedang akan selesai sebelum senja.

Karena itu, aku akan mengembangkan Mana-ku sampai makan malam.

Mantra sihir mengonsumsi sejumlah Mana yang berbeda, tergantung pada ‘perubahan ukuran’.

Sebagai contoh, bayangkan saja aku mengeluarkan 1 Mana untuk melakukan mantra tanpa suara. Itu berarti, Mana tambahan akan semakin banyak ketika aku meningkatkan kecepatan tembakan sihirku.

Ini adalah contoh nyata dari hukum kekekalan masa.

Tapi sebaliknya, entah kenapa, semakin kecil ukuran sihirnya, Mana yang kubutuhkan juga semakin besar.

Aku benar-benar tidak mengerti logika ini.

Membuat tetesan sihir air mengharuskan aku untuk menggunakan lebih banyak Mana daripada menciptakan peluru air berukuran kepalan tangan.

Ini benar-benar aneh.

Setiap pertanyaan yang kupikirkan, selalu kutanyakan pada Roxy, tapi satu-satunya jawaban yang dia balaskan adalah, "Ya memang begitu.......".

Sepertinya itu masih belum terpecahkan.

Aku masih tidak mengerti alasannya.

Tapi ini bukanlah metode yang buruk untuk pelatihanku.

Kapasitas Mana-ku telah meningkat cukup banyak baru-baru ini. Jika aku tidak menggunakan mantra besar, maka aku tidak bisa mengetahui sampai seberapakah kapasitas Mana-ku saat ini.

Jika aku ingin menguras Mana-ku, maka aku hanya perlu output maksimum untuk menghabiskannya.

Tapi sekarang, saatnya untuk mencoba melatih ketangkasanku.

Jadi, aku memutuskan untuk melakukan pekerjaan secara lembut.

Menggunakan sihir untuk melakukan pekerjaan kecil, halus dan lembut.

Misalnya, penciptaan patung es, menyalakan api pada ujung jariku, atau menulis kata-kata di papan tulis.

Aku mencoba membelah tanah yang kuperoleh dari halaman, menjadi beberapa potongan kecil ...

Dan bahkan, hal-hal seperti menggantung kunci di depan kenop.

Sihir bumi tidak mempengaruhi logam dan mineral sampai pada batas tertentu.

Tapi jika kandungan logam pada benda itu semakin tinggi, maka Mana yang kugunakan juga semakin banyak.

Kupikir, benar-benar sulit untuk merubah benda yang begitu keras.

Semakin kecil target kontrol, semakin halus, semakin rumit, semakin akurat, semakin efisien, maka semakin besar pula jumlah Mana yang terkonsumsi.

Melempar bola bisbol dengan segenap kekuatanku.

Memasukkan benang dengan perlahan pada lubang jarum.

Jumlah Mana yang diperlukan untuk melakukan kedua hal di atas, kurang-lebih sama.

Dan juga, aku mencoba menggunakan berbagai jenis sihir pada waktu yang sama.

Aku perlu menggunakan setidaknya 3 kali lipat Mana lebih banyak.

Jadi, jika aku menggunakan 2 sistem sihir yang berbeda pada saat yang sama, dan melepaskannya dengan lembut, akurat, dan cepat pada saat yang sama, maka aku bisa dengan mudah menguras semua Mana-ku.

Dan setelah melanjutkan pelatihan tersebut setiap hari ------

Aku akhirnya dapat menguras semua Mana-ku, bahkan setelah melepaskan mantra untuk satu setengah hari atau lebih.

Aku kira, ini harusnya cukup. Hatiku mulai goyah.

Tulang malasku ini mulai memberitahuku bahwa ini saharusnya sudah cukup, ‘kan?

Setiap kali, aku berteriak dan memaki diriku sendiri.

Otot-otot seseorang semakin mati rasa jika malas-malasan latihan.

Tentunya Mana bekerja dengan cara yang sama. Aku tidak bisa mengabaikan pelatihanku hanya karena kapasitasku sudah naik.

 

Bagian 7

Ketika mencoba melepaskan sihir di tengah malam, aku bisa mendengar beberapa suara teriakan yang menjengkelkan.

Dari mana itu berasal? Tentu saja itu berasal dari kamar Paul dan Zenith.

Mereka sedang sibuk bekerja rupanya.

Mungkin dalam waktu dekat, adikku akan lahir.

Kupikir, memiliki adik perempuan adalah suatu hal yang baik.

Yup, aku tidak ingin adik laki-laki.

Aku masing ingat betul ketika adik lelakiku menghancurkan komputerku dengan pentungannya.

Aku tidak ingin adik laki-laki.

Seorang adik perempuan yang imut jauh lebih baik.

"Aduh, nikmatnya..."

Dalam kehidupanku sebelumnya, jika kudengar desahan menyebalkan seperti itu, aku akan segera menggebruk dinding atau lantai untuk menyuruh mereka diam.

Oleh karena itu, kakak perempuanku tidak pernah lagi membawa pacarnya ke rumah.

Kangen juga pada saat-saat seperti itu.

Sampai sekarang pun, aku masih menganggap bahwa tindakan seperti ini adalah suatu bentuk kejahatan.

Aku selalu berpikir bahwa mereka mengejekku dari suatu tempat yang tidak bisa kugapai. Jadi, aku hanya bisa marah pada diriku sendiri, tanpa bisa kulampiaskan.

Seolah-olah, aku didorong pada suatu tempat yang gelap, kemudian orang yang mendorongku melihat dari atas sembari mengatakan: Kenapa kau masih di tempat itu?

Tidak ada yang lebih menghina daripada itu.

Namun baru-baru ini, aku mengubah pemikiranku.

Tapi aku tidaklah yakin, apakah ini karena tubuhku yang kembali menjadi anak-anak, karena kedua orang tuaku, atau karena aku bekerja keras untuk meraih masa depan sendirian.

Sekarang, aku berencana untuk menguping apa yang mereka sedang lakukan.

Hmph, aku juga sudah dewasa lho ......

Dengan mendengarkan rintihan-rintihan itu, kurang-lebih aku bisa menerka apa yang sedang terjadi di sana.

Tampaknya Paul sangat ahli dalam hal ini.

Adapun untuk Zenith, dia terjepit beberapa saat, terengah-engah, dan semacamnya, tetapi Paul mengatakan sesuatu seperti "Masih pagi, lho ~", dan terus menyerang.

Sama seperti protagonis pada ero-game pelecehan seksual.

Dia memiliki stamina yang hampir tak terbatas .....

Hah, karena aku adalah anak Paul, maka apakah aku juga punya energi sebesar itu!?

Bangkitlah.

Untuk para Heroine!!

Berilah aku rute cerita berwarna merah muda!!

Yah, meskipun begitu, antusiasme itu baru-baru ini memudar, dan aku bisa dengan tenang menuju ke toilet sembari melewati koridor yang berderit.

Asal tahu saja, suara deritan itu akan berhenti ketika aku melewati ruangan mereka.

Ini benar-benar menarik.

Hari itu, aku berjalan ke toilet untuk menunjukkan bahwa aku belum tidur, dan aku menunjukkan bahwa anak mereka sudah bisa berjalan dengan bebas.

Baiklah, apakah aku harus menyapa mereka pagi ini?

Papa, mama, apa yang sedang kalian lakukan dalam keadaan telanjang seperti itu? Itulah yang akan aku tanyakan.

Aku tak sabar untuk mendengar alasan mereka. Kukuku ...

Dengan berpikir begitu, aku diam-diam keluar dari ruanganku.

Tapi, ternyata tamu tak diundang lainnya sudah tiba di sana.

Gadis berambut biru itu berjongkok di koridor gelap, sembari mengintip ke dalam ruangan melalui celah pintu.

Wajahnya memerah dan laju napasnya semakin kencang, tapi matanya terus terpaku ke dalam ruangan papa-mamaku.

Aku bisa melihat tangannya meremas bagian bawah jubahnya, seraya melakukan gerakan-gerakan erotis yang mengundang.

Aku diam-diam kembali ke kamarku.

Roxy adalah seorang gadis berusia remaja.

Aku cukup murah hati untuk berpura-pura tidak melihat dia terlibat dalam urusan semacam ini.

......Hanya bercanda.

Yah, paling tidak aku melihat tontonan yang menarik.

 

Bagian 8

4 bulan telah berlalu.

Dan aku dapat menggunakan semua mantra tingkat menengah.

Dan, aku mulai mengambil kelas malam dengan Roxy.

Ups, tidak ada makna erotis dalam kata ‘kelas malam’ yang barusan kubilang tadi.

Kelas malam berisikan pelajaran tentang bermacam-macam pengetahuan.

Roxy adalah guru yang baik.

Dia tidak terlalu terpaku pada kurlikulum dalam mengajar.

Dia mengajarku menurut pemahamanku saja.

Dia sangat mudah menyesuaikan dengan pemahaman siswanya.

Dia mengambil pertanyaan dari buku catatan yang telah dipersiapkannya untukku; jika aku tidak mampu menjawab dengan benar, maka dia akan beralih pada buku catatan lainnya.

Jika aku tidak mengerti, dia akan mengajariku dengan sabar.

Ini saja sudah bisa membuatku memandang dunia ini dari sudut pandang yang lebih luas.

Dalam kehidupanku sebelumnya, keluarga kami pernah menyewa seorang tutor privat seperti Roxy, yaitu ketika kakakku hendak menempuh ujian.

Pernah sekali aku merasa tertarik dan mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh si tutor.

Namun, itu tidak berbeda dari apa yang telah diajarkan di sekolah.

Dibandingkan dengan itu, kelas Roxy jauh lebih mudah untuk dipahami, dan menarik.

Ini adalah sebuah kelas di mana aku bisa menanyakan berbagai macam hal.

Ditambah lagi, gurunya adalah seorang gadis muda seumuran siswi SMP.

Ini adalah skenario terbaik untukku.

Dalam kehidupanku yang sebelumnya, ketika aku membayangkan terjadinya situasi begini, itu sudah cukup membuatku masturbasi 3x.

 

Bagian 9

"Guru, mengapa sihir hanya digunakan dalam pertempuran?"

"Sebenarnya, kau tidak boleh mengatakan bahwa sihir hanya bisa digunakan pada pertempuran ..."

Roxy selalu saja menjawab setiap pertanyaan tiba-tiba dariku dengan serius.

"Hmm, memang, dari manakah aku harus mulai ......? Pertama-tama, dikatakan bahwa sihir berasal dari Petinggi Efl kuno berkuping panjang. "

WHOA, Elf !!

Apakah mereka benar-benar ada!?

Rambut emas, baju hijau, memegang busur, dan selalu berhubungan erat dengan tentakel!!*

“Bagi kalian yang belum tahu kenapa harus berhubungan erat dengan tentakel, maka lebih baik kalian tetap tak tahu. :v “

Ups, tenang.

Mungkin yang disebut Elf di dunia ini berbeda dengan apa yang aku tahu ......

Meskipun begitu, Roxy benar-benar berkata bahwa mereka berkuping panjang ......

"Apa itu Elf berkuping panjang?"

"Hmm, Elf berkuping panjang adalah ras yang hidup di sebelah utara benua Millis."

Menurut kata-kata Roxy,

Dahulu kala, sebelum perang antara manusia dan iblis pecah, dunia masih dalam kekacauan, dan perang muncul di mana-mana. Pada waktu itu, ras Petinggi Elf berkuping panjang mampu berkomunikasi dengan roh hutan, lantas mereka memanipulasi bumi dan angin untuk melawan penjajah. Dikatakan bahwa itu merupakan sihir tertua di dunia ini.

"Heh? Ini juga tercatat dalam sejarah?"

"Tentu saja."

Roxy memberikan anggukan untuk menanggapi pertanyaanku yang tiba-tiba.

"Sihir pada zaman ini, berasal dari ras manusia yang meniru sihir milik ras Petinggi Elf berkuping panjang selama masa perang, dan manusia pun terus mengembangkannya. Manusia sangat ahli melakukan hal seperti itu. "

"Manusia sangat ahli dalam melakukan hal seperti itu?"

"Ya, ras manusia selalu menciptakan hal-hal baru."

Tampaknya di dunia ini, manusia adalah ras yang suka menciptakan.

"Alasan mengapa sihir hanya digunakan dalam pertempuran adalah, karena awalnya sihir memang digunakan dalam situasi tersebut. Sihir memang bisa mempermudah kita melakukan banyak hal, namun lebih baik kita tidak terlalu mengandalkannya, lagipula banyak benda di sekitar kita yang bisa digunakan dengan praktis."

"Seperti apa contohnya?"

"Misalnya, jika kau membutuhkan cahaya, kau dapat menggunakan lilin atau lentera, ‘kan?"

Aku paham, itu adalah sesuatu yang sangat umum.

Dibandingkan dengan menggunakan sihir, alat-alat seperti itu jauh lebih simpel.

Itulah logikanya.

Namun, jika kau bisa merapalkan mantra tanpa suara, maka itu bahkan lebih simpel daripada menggunakan alat.

"Dan juga, tidak setiap jenis sihir cocok untuk pertempuran. Misalnya, dengan sihir pemanggilan, kau dapat memanggil binatang magis ataupun roh. "

"Sihir pemanggilan!! Bisakah kau mengajariku suatu hari nanti?"

"Tidak, aku juga belum pernah menggunakannya. Dan, masih ada peralatan sihir juga."

Peralatan sihir.

Dengan mendengarnya saja, aku sudah bisa membayangkannya.

“Peralatan sihir adalah?”

“Alat yang mengandung efek khusus. Bagian dalamnya tertulis dengan formasi sihir, sehingga orang dapat menggunakannya walaupun dia bukan penyihir. Namun, peralatan sihir juga mengonsumsi banyak Mana.”

“Aku paham.”

Pada dasarnya, ini seperti yang sudah kubayangkan.

Kalau dipikir-pikir, sangat disayangkan bahwa Roxy tidak bisa menggunakan sihir pemanggilan.

Konsep sihir serangan dan sihir penyembuhan bisa kupahami dengan mudah, tapi aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya sihir pemanggilan.

Dan juga, banyak istilah-istilah lain yang tiba-tiba keluar.

Perang antara manusia dan iblis, tsukkaima, roh ......

“Sensei, apa perbedaan antara binatang magis dan makhluk sihir?”

“Tidak banyak perbedaan.”

Pada dasarnya, makhluk sihir adalah makhluk yang mengalami beberapa perubahan.

Dan ada kalanya makhluk sihir meningkatkan jumlahnya secara kebetulan, dan menjadi suatu ras, setelah beberapa generasi mereka akan memiliki kecerdasan dan menjadi binatang magis.

Setelah mereka memiliki kecerdasan, mereka masih disebut makhluk sihir jika mereka menyerang manusia.

Ada beberapa kasus bahwa binatang magis berubah menjadi jahat selema beberapa generasi, dan mereka akan dikembalikan menjadi makhluk sihir.

Tidak ada perbedaan yang jelas di antara keduanya.

Makhluk sihir = menyerang manusia.

Binatang magis = tidak menyerang manusia.

Sebetulnya, hanyalah itu perbedaannya.

“Artinya, apakah ras iblis berevolusi dari makhluk sihir?”

“Sama sekali tidak. Ras iblis telah lama didefinisikan selama perang antara manusia dan iblis.”

“Apakah maksudmu perang antara manusia dan iblis yang itu?”

“Ya. Perang pertama adalah sekitar 7000 tahun yang lalu.”

“Itu tentu waktu yang sangat lama.”

Sejarah dunia ini benar-benar yang panjang.

“Tidak dianggap begitu panjang. Manusia masih berperang sampai 400 tahun yang lalu. Sejak 7000 tahun yang lalu, umat manusia dan ras iblis terus saling menyerang.”

Aku pikir, 400 tahun dianggap waktu yang lama, tapi ternyata perangnya benar-benar berlanjut hampir selama 7000 tahun.

Apakah hubungan manusia dan iblis seburuk itu?

“Hah, aku paham. Mungkin ini dikarenakan perbedaan paham antara kedua ras. Jadi, apakah tujuan ras iblis dalam perang tersebut?”

“Cukup merepotkan jika kita harus mendefinisikan ras iblis ......

Jika itu benar-benar diperlukan, Simpelnya, ras iblis adalah mereka yang membela kaum iblis selama perang berlangsung harusnya definisi itu mudah dipahami.

“Tentu saja, ada beberapa pengecualian. “

“Ah, asal tahu saja, aku juga dari ras iblis.”

“Oh, aku paham.”

Guru privatku adalah seorang iblis.

Bukankah itu berarti sekarang sedang berlangsung perang di sini?

Untungnya kami damai-damai saja selama ini.

“Ya. Jika didefinisikan secara formal, Ras Migurd dari daerah Bigoya adalah bagian dari benua iblis. Bukankah orang tua Rudi terkejut ketika pertama kali melihatku?”

“Aku pikir alasannya adalah karena Sensei tampak kecil.”

“Aku tidak kecil.”

Roxy membantahku. Sepertinya, dia menganggap ini dengan begitu serius.

“Mereka terkejut ketika mereka melihat rambutku.”

“Rambut?”

Kukira itu adalah rambut biru yang indah [2]. <<< Baca catatan no 12 karena sangat penting untuk memahami paragraf di bawah dan seterusnya

“Rumornya adalah, semakin hijau warna rambutmu, maka semakin dekat hubunganmu dengan ras iblis, yang berarti, orang tersebut semakin ganas dan berbahaya. Rambutku terlihat berwarna hijau di bawah pencahayaan yang berbeda .....”

Hijau.

Jadi, hijau adalah warna peringatan pada dunia ini.

Rambut Roxy berwarna hijau indah, yang membuat mata orang-orang terbelalak ketika melihatnya.

Dia bermain-main dengan poninya saat ia menjelaskan.

Tingkah seperti itu benar-benar imut.

Jika ada rambut biru di Jepang, maka dia pasti seorang berandalan atau oba-chan [3].

Tidak peduli apapun jenisnya, hal yang tak wajar itu membuatku jijik.

Tapi rambut Roxy bukanlah sesuatu yang tak wajar, dan itu sama sekali tidak membuatku jijik.

Bisa dikatakan bahwa rambut itu cocok dengan ekspresi mengantuk Roxy.

Jika dia adalah seorang pemeran utama wanita dalam ero-game, dia pasti sangat cocok untuk ditakhlukkan terlebih dahulu.

“Rambutmu benar-benar cantik.”

“...... Terima kasih atas pujiannya, tapi kau tidak boleh berbicara seperti itu pada gadis yang kau cintai nanti.”

“Tapi aku suka Sensei.”

Aku mengatakannya tanpa ragu-ragu.

Aku bukanlah tipe orang yang suka ragu-ragu.

Aku akan mengungkapkan rasa cintaku pada gadis-gadis manis.

“Baiklah. Jika pikiranmu tidak berubah 10 tahun lagi, maka kita akan membicarakan hal ini sekali lagi.”

“Oke, Sensei.”

Meskipun hanya tampak samar-samar, tapi aku bisa melihat senyum bahagia di wajah Roxy.

Namun, aku tidak tahu, apakah semua ilmuku yang kudapatkan dari ero-game bisa kuterapkan di dunia ini.

Tapi, bukan berarti pengalamanku dalam bermain ero-game tidaklah berguna di sini.

Sesuatu seperti, dokidoki [4] mungkin merupakan guyonan klise di Jepang, tetapi mungkin saja itu merupakan tanda-tanda tumbuhnya cinta yang berapi-api.

Oalah, apa sih yang kubicarakan?

Roxy sangatlah imut dan seksi. Jika bisa saja menaikkan benderaku.

Tapi perbedaan usia di antara kami cukup jauh.

Apa yang akan terjadi di masa depan?

“Kembali ke topik, "semakin terang warna rambutnya, maka akan semakin berbahaya", dan itu sungguh merupakan takhayul.”

“Ya, memang seperti itulah takhayul yang beredar di tengah-tengah masyarakat.”

Aku benar-benar berpikir bahwa itu adalah warna peringatan.

“Ya, Ras Superd dari daerah Babinos adalah suatu ras berambut hijau, dan mereka bertanggung jawab atas banyaknya kekejaman yang terjadi pada perang 400 tahun silan. Itulah sebabnya mereka sangat dibenci. Sebenarnya, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan warna rambut. Orang-orang yang melakukan kekejaman itu, kebetulan saja berambut hijau.”

“Banyak kekejaman?”

“Ya. Selama perang lebih dari 10 tahun, kejahatan mereka membuat kedua belah pihak merasa takut dan merasa benci. Ras mereka sangat berbahaya, dan setelah perang, mereka dituntut dan diusir dari benua iblis.”

Diusir setelah perang berakhir?

Itu luar biasa.

“Apakah mereka benar-benar dibenci .....”

“Tentu saja.”

“Apa sih yang mereka lakukan?”

“Yah, kira-kira ...... hanya saja, aku hanya mendengar ini sewaktu aku masih kecil. Aku mendengar bahwa mereka menyerang daerah netral di wilayah ras iblis, lantas membunuh semua wanita dan anak-anak, mereka juga memusnahkan semua musuh dan membunuh sekutu-sekutunya. Pernah juga ada cerita bahwa ketika kau tertidur di malam hari, Superd akan memakanmu hidup-hidup, atau semacamnya.”

Shimaachau oji-san? [5]

“Ras Migurd adalah bangsa yang mirip seperti Ras Superd, sehingga mau tidak mau mereka juga terlibat dalam kekacauan di masa lalu. Cepat atau lambat, orang tuamu akan menceritakan hal ini padamu........”

“Ingat ini.”

Roxy menekankan.

“Jika kau melihat seseorang yang memiliki rambut berwarna zamrud, dan batu seperti ruby di dahinya, maka jangan pernah mendekati mereka. Jika kau tidak punya pilihan selain berbicara dengan mereka, kau tidak boleh membuatnya marah.”

Rambut berwarna zamrud, dan batu ruby di dahi.

Tampaknya ini adalah ciri-ciri khusus Ras Superd.

“Apa yang terjadi jika kau membuat mereka marah?”

“Dia akan membunuh seluruh keluargamu.”

“Rambut berwarna zamrud dan batu ruby di dahi, ‘kan?”

“Ya, benda di dahi mereka berguna untuk melihat pergerakan Mana. Itu adalah mata ketiga mereka.”

“Apakah ada wanita pada Ras Superd?”

“Eh? T-Tentu saja ada.”

“Apakah batu itu akan berubah menjadi biru setelah melakukan sesuatu?”

“Hah? T-Tidak kok. Setidaknya aku belum pernah mendengar tentang itu sebelumnya.”

Apa sih yang kau katakan? Roxy memiringkan kepalanya karena kebingungan.

Aku hanya bertanya untuk kepuasan sendiri. [6]

“Tapi karakteristik seperti itu mudah dikenali, ‘kan?”

“Ya. Jika kau melihat mereka, maka segera cari alasan untuk menjauh, seperti "Aku harus pergi sekarang juga", dan selalu hindarilah mereka. Melarikan diri dengan tiba-tiba bisa juga membuat mereka marah.”

Ya, jika kau melarikan diri secara tiba-tiba ketika bertemu dengan preman, maka mereka hanya akan mengejarmu karena merasa tersinggung.

Aku punya pengalaman seperti itu.

“Berdasarkan hal-hal yang telah kau ceritakan padaku, bukankah lebih baik jika kita menghargai dan menghormati mereka?”

“Kukira tidak akan timbul masalah jika kau tidak menghina mereka secara langsung. Ini terjadi karena ada banyak perbedaan antara ras manusia dan iblis, dan kau mungkin saja membuat mereka marah karena alasan itu. Sebaiknya, kau tidak menanggapi mereka dengan sinis.”

Hm.

Mereka tampaknya mudah terprovokasi.

Namun, bukankah akan lebih baik jika kita mengatakan bahwa kita takut pada mereka?

Ini seperti ketika seseorang berpikiran, "oh, orang itu sangatlah mengerikan ketika dia marah, lebih baik kita menghindarinya" yah, sesuatu seperti itu.

Menakutkan, menakutkan.

Aku tidak yakin bisa bereinkarnasi setelah dibunuh lagi di dunia ini.

Lebih baik sebisa mungkin aku menghindari mereka.

Ras Superd, jangan main-main dengan mereka.

Aku camkan itu dalam-dalam pada pikiranku.

 

Bagian 10

Kelas sihir berjalan dengan lancar.

Saat ini, aku sudah bisa menggunakan semua sihir tingkat lanjut.

Dan tentu saja, dengan menggunakan mantra tanpa suara.

Dibandingkan dengan latihan biasa, jauh lebih mudah bagiku menggunakan mantra tanpa suara.

Sebagian besar sihir kelas lanjut adalah AOE*, jadi penggunaannya sangatlah terbatas.

Sebelum datang ke sini, Roxy pernah menurunkan hujan pada suatu daerah, dan dia mendapatkan banyak pujian atas pekerjaannya itu.

Aku mendengar ini dari Paul ketika aku berada di rumah.

Selain itu, Roxy menerima beberapa permintaan dari warga desa, dan menggunakan sihir untuk memecahkan berbagai masalah.

“Aku menemukan sebuah batu besar ketika aku menggali tanah, tolong bantu aku Rokaemon!” [7]

“Serahkan padaku, Dan* Rako.”

“Sihir macam apa itu?”

“Itu adalah sihir untuk membasahi tanah di sekitar batu tersebut, kemudian aku akan mengubahnya menjadi lumpur dengan menggunakan sihir bumi, jadi itu adalah sihir kombinasi.”

“Woah, itu luar biasa, batu itu tenggelam!!!”

“Hmphhhh.”

“Sensei memang hebat. Kau membantu orang lain.”

“Membantu orang lain? Tidak, ini aku lakukan untuk mendapatkan upah.”

“Kau meminta bayaran?”

“Tentu saja.”

Betapa matre!

Meskipun aku berpikir bahwa tindakan seperti itu terlalu komersil, tapi bagi penduduk desa, tampaknya itu biasa saja.

Karena tidak ada orang lain yang bisa melakukan ini di desa, mereka terus memuji Roxy.

Memberi dan menerima.

Aku menganggap bahwa hal seperti itu salah.

Membantu orang lain tanpa kompensasi adalah suatu keharusan.

Seperti itulah persepsi orang Jepang.

Tapi secara norma, kau layak mendapatkan imbalan setelah melakukan pekerjaan seperti itu.

Seperti itulah aturannya, dan itu adalah hal biasa bagi mereka.

Yahh, karena aku adalah NEET yang bahkan tidak pernah membantu orang lain yang kurang beruntung, aku diperlakukan sebagai sampah oleh keluargaku.

Ha ha ha.

 

Bagian 11

Suatu hari yang biasa, aku pun bertanya.

“Haruskah aku memanggilmu Sensei Shishou [8] ?”

Pada akhirnya, Roxy menunjukkan ekspresi jijik.

“Tidak, kemungkinan besar kau akan mudah melampauiku. Jadi, lebih baik jangan panggil aku dengan sebutan itu.”

Sepertinya aku memiliki potensi untuk melampaui Roxy.

Aku merasa sedikit malu ketika dia memujiku seperti itu.

“Kau tidak akan memanggil seseorang yang lebih lemah darimu dengan sebutan Shishou, ‘kan?”

“Tentu saja.”

“Aku membencinya. Seseorang yang lebih baik dariku, memanggilku Shishou – bukankah itu sama saja dengan memalukan dirimu sendiri?”

Apakah itu masalahnya?

“Apakah karena Sensei lebih kuat dari guru Sensei, sehingga kau mengatakan ini?”

“Dengarkan aku, Rudi. Shishou, adalah seseorang yang tidak bisa mengajarkanmu lebih, tapi masih mengharapkan sesuatu darimu ----- Ini sungguh merepotkan.”

“Tapi Roxy tidak akan melakukan itu, ‘kan?”

“Mungkin aku akan melakukannya.”

“Walaupun itu yang terjadi, aku masih akan menghormatimu.”

Meskipun begitu, Roxy lah yang memintaku untuk melakukan hal itu.

Aku akan tetap tersenyum dan menghormatinya.

“Tidak, mungkin aku akan iri pada potensi muridku, lantas mengatakan sesuatu yang buruk.”

“Seperti?”

“Dasar iblis kotor, atau sesuatu seperti itu, kau harusnya tidak pergi ke desa itu, dll”

Apakah kau mengkritik seperti itu?

Sungguh kasihan.

Diskriminasi adalah hal yang buruk.

Tapi hubungan antara atasan-bawahan selalu seperti ini.

“Tidak apa-apa, itu hanya hal kecil.”

“Hanya karena seseorang sedikit lebih tua, bukan berarti itu adalah sesuatu yang diperbolehkan !! Hubungan guru-murid tanpa kekuatan tertentu akan membuat orang lainnya bahagia !!”

Aku berhenti memikirkannya.

Tampaknya, hubungannya dengan gurunya jauh lebih buruk daripada yang aku bayangkan.

Karena itu, aku tidak pernah memanggil Roxy dengan sebutan Shishou.

Tapi aku memutuskan untuk selalu memanggilnya begitu dalam hatiku.

Gadis ini yang masih mempertahankan sedikit sifat kekanak-kanakannya, ketika mengajarkanku berbagai hal yang tidak tertulis di buku.

  • Jump up↑ disertai emoticon (ω•)
  • Jump up↑ dalam bahasa Jepang, biru dan hijau sama-sama tercakup dalam makna kata “Ao”
  • Jump up↑ ini adalah ucapan imut dari Nenek Tua
  • Jump up↑ efek suara dari deg-degan
  • Jump up↑ referensinya adalah dari anime Bonobono
  • Jump up↑ referensinya adalah ras Kalar/Color dari Alicesoft’s Rance Universe
  • Jump up↑ dia sedang menirukan Nobita yang sukanya bilang “Bantu aku doraemooon..”, jadi Roxy + Doraemon = Rokaemon
  • Jump up↑ Shishou adalah panggilan yang lebih hormat daripada Sensei, kebanyakan digunakan dalam dunia fantasi